Tentang Teh Java Preanger

Komunitas Perlindungan Indikasi Geografis Teh Jawa Preanger didirikan pada tanggal 24 Juli 2014 atas kesepakatan para pemangku kepentingan dan organisasi masyarakat teh serta dukungan dari Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Dinas Perkebunan Provinsi Jawa Barat, dan Pemerintah Pusat, Direktorat Jenderal Perkebunan, Kementerian Pertanian RI.

Teh Java Preanger berasal dari pucuk-pucuk teh pilihan dari berbagai pegunungan di wilayah geografis Priangan (Preanger), Jawa Barat, Indonesia. Setiap produk Java Preanger Tea memiliki keunikannya masing-masing meskipun berasal dari wilayah geografis yang sama. Sebagai contoh, teh hijau dari Pegunungan Malabar akan memiliki rasa dan aroma yang berbeda dengan teh hijau dari Pegunungan Tilu, meskipun kedua pegunungan tersebut berada di wilayah geografis yang sama.

Perbedaan rasa dan aroma pada produk teh inilah yang disebut sebagai keunikan Indikasi Geografis (IG). Oleh karena itu, dalam rangka melindungikeberlanjutan Teh Java Preanger, Komunitas PerlindunganIndikasi Geografis Teh Java Preanger telah menetapkan standar kualitas dan keamananuntuk Produk Teh IG Java Preanger. Hal ini dilakukan untuk menghindarikemungkinan terjadinya duplikasi oleh pihak-pihak lain yang tidak bertanggung jawab.

1877

Rudolf Eduard Kerkhoven mulai menanam varian teh Assamicadi Pegunungan Tilu Gamboeng, daerah Priangan (Jawa Barat). Saat ini, lokasi perkebunandikenal sebagai Pusat Penelitian Teh dandan Cinchona Gambung. Karena kecocokannya yang sangat baik dan hasil yang lebih tinggi, varian Assamica ini membuat Teh Priangan (Teh Preanger) menjadi komoditas yang sangat bernilai tinggi dan sejak saat itu daerah Preanger disebutsebagai "daerah emas hijau"

1896

Kerkhoven menunjuk sepupunya,Karel Albert Rudolf Bosscha, untukmenjadi manajer ketika ia mulaimengembangkan perkebunan teh diMalabar, Pengalengan, Jawa Barat. Bosscha berhasil mendirikan sebuah pabrik teh dengan teknologi yang masih tergolong baru pada zamannya, yang mampu meningkatkan produksi teh .Inovasinya membuat Teh Priangan (saat itu dikenal dengan nama Java Preanger Tea), mampu menembus pasar Eropa dan menjadi teh dengan kualitas terbaik dan harga terbaik di dunia.

1957

red and white flag under white clouds
red and white flag under white clouds

Setelah Indonesia merdeka, Pemerintah Republik Indonesia mengeluarkan peraturan tentang nasionalisasi perusahaan-perusahaan asing. Kurnadi Syarif Iskandar, Pandji Natadikara, Max Salhuteru, dan Djuhana Sastrawinata ditugaskan untuk melaksanakan pengambilalihan (Nasionalisasi) perkebunandi Jawa Barat yang saat ini dikenal dengan nama PT Perkebunan Nusantara VIII (Perusahaan Perkebunan Nusantara VIII).

1972

1980

2014

Melalui persetujuan Menteri Pertanian dan Direktur Jenderal Perkebunan, Indonesia memutuskan untuk membuka "LELANG TEH INDONESIA" di Jakarta, yang konsepnya telah diterapkan di negara-negara penghasil teh seperti Srilanka, India, dan Kenya. Pada bulan Februari 1972, LELANG TEH INDONESIA pertama kali diselenggarakan di gedung Direktorat jenderal Perkebunan.

Harga teh Indonesia di Jakarta Tea Auction (JTA) selalu lebih tinggi dibandingkan teh Sri Lanka di Colombo Tea Auction (CTA).

Teh warisan dengan kualitas internasional dan rasa/aroma yang unik seperti Teh Java Preanger ini akan terus dilindungi dan dilestarikan kejayaannya, oleh karena itu dibentuklah Komunitas untuk Perlindungan Indikasi Geografis Teh Java Preanger.

Sejarah

Proses & Pemetikan

Secara ekonomi, perkebunan teh harus dijaga agar tetap layak secara ekonomi.

Perkebunan Java Preanger Tea dipelihara dan dikembangkan dengan Praktik Standar Pertanian yang Baik (Good Agriculture Practices, GAP) dan daun tehnya diproses sesuai dengan Praktik Produksi yang Baik (Good Manufacturing Practices, GMP).

Pengalengan Agro Lestari Tea Factory.

Pengalengan, Bandung, West Java.

Manusia

Secara sosial, perkebunan teh harus dapat mensejahterakan para pemangku kepentingan, pekerja, dan masyarakat sekitar (Socially Acceptable/People).

Java Preanger Tea berkomitmen untuk menyerap tenaga kerja perkebunan dan pabrik teh dari masyarakat lokal yang tinggal di sekitar area perkebunan,dan lebih dari setengahnya adalah perempuan, sehingga kami juga berkomitmen untuk memberdayakan perempuan lokal. Untuk meningkatkan kesejahteraan para petani teh, kami memberikan bantuan hibah untuk membeli peralatan pertanian dan permodalan bagi para petani teh di sekitar perkebunan kami.

Lingkungan

Secara lingkungan, perkebunan teh harus mampu menjamin keberlanjutan lingkungan (Environmentally Sustainable/Planet).

Teh Java Preanger diproduksi dengan memperhatikan kesejahteraan karyawan/petani serta kelestarian lingkungan sesuai dengan standar Sustainable Agriculture Network (SAN) dan standar UTZ.